Universitas Amikom Purwokerto
Berita   |  Berita

Berita

Seminar dan Bedah Buku Kompetensi Komunikasi Antarbudaya

admin | 2020-03-07 06:14:00

Era globalisasi membawa berbagai konsekuensi yang sangat luas dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Persaingan global menuntut kualitas sumber daya manusia semakin baik dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain.  Sumber daya manusia Indonesia semakin sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda, baik dalam hubungan sosial maupun dunia kerja/bisnis.  Menghadapi perbedaan budaya termasuk di dalamnya perbedaan bahasa, norma, kebiasaan, pola pikir, dan perbedaan lainnya dapat menjadi sumber masalah dan terjadinya kesalahpahaman. Kemampuan atau kompetensi komunikasi antarbudaya pun menjadi penting.

Dalam rangka memberikan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya kompetensi komunikasi antarbudaya (KKAB) kepada mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial, Prodi Ilmu Komunikasi menggelar Seminar dan Bedah buku “Kompetensi Komunikasi Antarbudaya” karya Dr. Ade Turi Turistiati, MIRHRM . Seminar dan bedah buku ini menampilkan Joni Setia Budi, S.Pd, M.M, Sr. Manager General Affair of Aerowisata dan bapak Hafizh Faikar AR, S.Kom, Game Developer dan Dosen Ilmu Komunikasi perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Joni memaparkan bahwa industri pariwisata dan perhotelan selalu dihadapkan pada interaksi dan komunikasi dengan beragam customer. Pelayanan prima dari industri pariwisata dan perhotelan tidak lepas dari kompetensi SDM nya berkomunikasi dengan berbagai kalangan. Dengan kata lain, kompetensi komunikasi antarbudaya itu menjadi penting dimiliki oleh segenap SDM yang ada.

Faikar membedah buku Kompetensi Komunikasi Antarbudaya dari perspektif milenial. Menurutnya kemampuan dan keterampilan berkomunikasi tidak hanya perlu dan penting dimiliki oleh mereka yang bekerja atau dalam dunia bisnis. Dalam pergaulan sehari-hari, berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain KAB itu krusial. Faikar sepakat bahwa komunikasi antarbudaya tidak hanya dimaknai hanya ketika para komunikator berbeda suku atau etnik saja seperti antara orang Jawa dan Sunda, tetapi juga ketika para komunikator pola pikir, gaya hidup, dan pergaulannya berbeda. Sebagai penulis buku Ade menambahkan bahwa kompetensi komunikasi antarbudaya itu perlu dibangun. Banyak cara untuk membangun kompetensi komunikasi antarbudaya, salah satunya dengan mengikuti program pertukaran pemuda atau pelajar, berinteraksi langsung dengan orang-orang dengan berbagai latar belakang budaya berbeda, mempelajari beragam budaya, dan bersikap terbuka serta saling menghormati perbedaan.